Pages

28 Desember 2008

bawalah suaraku...


akulah arca yang terpahat dari aksara hatiku
bawalah terbang wahai semilir angin
suara yang berbicara lewat relung hati...
suara yang ingin bertutur dengan sapa lembut...
suara yang melantunkan irama kerinduan...

terinspirasi dari lirik lagu "suaraku" oleh hijau daun di bawah ini :

Disini aku masih sendiri
Merenungi hari-hari sepi
Aku tanpamu
Masih tanpamu

Bila esok hari datang lagi
Mencoba untuk hadapi semua ini
Meski tanpamu... meski tanpamu

Bila aku dapat bintang yang berpijar
Mentari yang tenang bersamaku disini
Ku dapat tertawa menangis merenung
Di tempat ini aku bertahan

Suara dengarkanlah aku
Apa kabarnya pujaan hatiku
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya

Suara dengarkanlah aku
Apakah aku slalu dihatinya
Aku disini menunggunya
Masih berharap di dalam hatinya

Walau aku masih tetap disini
Ku lewati semua yang terjadi
Aku menunggumu...aku menunggu


17 Desember 2008

little hari


aku dan ketiga adikku, hehehe...
tubuh kecil bergelak tawa riang
diantara lari dan lompat cerianya
celoteh nyaring merentang dalam riuh
memecah di angin dulu, yang menemani pertumbuhanku

mencari ikan yang seakan bisa kutangkap dengan tangan kosong
berkubang lumpur sawah karena mengejar burung emprit
layang-layang dan capung menjadi buruan berikutnya
menelusuri lubang persembunyian belut dan kepiting
membidik jambu dan mangga tetangga dengan ketapel

berkalang tanah karena kakiku menjejak tanpa alas

sawah dan ladang yang membentang...
selalu saja memberikan limpahan permainan buatku
menyediakan segala cipta kreasi yang mengasyikkan
tak sadar hingga tubuh pun bau kemarau
menyimpan sebagian terik di kulit
bermandikan cahaya terang matahari

teringat masa kecilku yang begitu indahnya dulu...

14 Desember 2008

piala itu pasti membawa pesan...



Masuk nominasi saja berita itu sudah seperti sebuah pelepas dahaga kesejukkan bagai oase di padang pasir, apalagi menjadi yang terbaik, wuihh seperti mata air zam-zam yang mengalir dengan deras saja rasanya, itulah analogi ayas ketika “The Conductors” dinyatakan sebagai film Dokumenter terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI 2008) jum’at 12 Desember lalu di Bandung, belum lupa dari ingatan ketika 20 Februari lalu film ini pertama kali ditayangkan di Blitz Megaplex secara regular bersanding manis dengan film-film box office juga premierenya di Malang yang selalu dipadati penonton, bahkan Dieng Plaza 21 waktu itu hampir mirip tribun kelas ekonomi stadion kanjuruhan saking penuh sesaknya antusias warga malang khususnya para aremania, oleh karena itu ada sebuah rasa suka cita yang begitu mengena dan terharu ayas kira yang kini di amini oleh seluruh aremania se jagat raya dan galaksi atas apresiasi yang begitu tinggi terhadap lahirnya sebuah karya Dokumenter di kancah penghargaan dari para senias perfilman tanah air.

Dan kini kita semua diajak bagaimanakah sepatutnya menyikapi sebuah penghargaan, bisa diartikan mau seperti apa yang ingin kita dirasakan, apakah sebagai sebuah motivasi, atau sebagai sebuah pujian sajakah, atau sebagai apa..., tentunya berpulang pada isi hati si penerima penghargaan itu, ayas yakin pasti ada yang jauh lebih penting dari hanya sekedar sebuah piala dan lembar penghargaan, ada hikmah mendalam yang bisa di petik di balik semua itu untuk bekal perjalanan ke depan yang tidak melulu mulus dan lancar...

Selamat ya buat andibachtiar yusuf dan Team dengan Bogalakon Picturenya hehehe... itu nama beken umak ya sekarang, kalau ayas sih masih lebih suka menuliskan nama umak sebagai m yusuf as karena mengingatkan ayas ketika dulu seringkali menyontek PR umak yang diberikan di kelas A3 “social or die” di bangku SMA Lab School kala itu, mengenai karya umak selanjutnya Romeo*Juliet alias romjul semoga tercapai di garis finish nanti, kalau ada aral melintang hadapi saja karena itu sebuah proses, seorang pelari gawang pun harus melompati gawangnya untuk mencapai garis finish, you do the right track now jangan keluar lintasan, diskualifikasi akan menggagalkan umak menyentuh garis akhir...

seng durung ndelok filem The Conductors lang ndelok o ker, iki loh tagline ne, wes tala kipa kipa, mengandung mboisss puolll...

“Not all of us were born to lead”

A man with talent with the ability to compose beautiful music and conduct a magical orchestra, a man with his pride who can lead 5000 singer in one single choir and a man with passion who lead 50.000 people to sing and dance. Three men who were born gifted, three men with their special charm, three men who were born to lead. The Conductors, movie that also played in Jiffest 2007 will show us how those 3 person lead their own team with different ways but still become one harmony.

10 Desember 2008

silahturahmi suporter indonesia damai ke-2








Stadion Gajayana menjadi magnet dari kegiatan silahturahmi supporter Indonesia Damai yang kedua sabtu itu, dari pagi buta hingga tengah malam, kalau bahasa walikan khas malangnya mulai isuk sampe ingeb ker, dimulai dari apel akbar gerakan anti narkoba kemudian ribuan aremania melakukan konvoi simpatik mengelilingi kota, dilanjutkan dengan dialog mengenai persepakbolaan tanah air khususnya mengenai pencapaian suasana perdamaian di kalangan supporter seluruh Indonesia yang dihadiri perwakilan dari menegpora, mendagri, dan para supporter dari seluruh Indonesia, memang tidak semua supporter mengirimkan perwakilannya tetapi sebagian besar telah memberikan dukungannya lewat semangat dan loyalitas rasa persaudaraannya, turut hadir bapak Walikota dan Bupati malang serta para tokoh supporter, ada pula kegiatan gelar tinju amatir, bazaar, flying fox, fun soccer, dan festival band supporter, akhir acara dibacakanlah ikrar supporter Indonesia damai diikuti seluruh insan manusia yang hadir pada saat itu atas nama makhlug Tuhan yang mencintai perdamaian, solidaritas sesama dan rasa kemanusiaan, dan malam harinya penampilan d’kross yang sangat memukau menutup serangkaian acara silahturahmi...

Kami suporter Indonesia,
menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, anti rasialis dan anti anarkis.
Kami suporter Indonesia,
bersatu, bersama, bersaudara, dengan semangat satu jiwa
Kami suporter Indonesia,
siap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

See you next year in wamena for Indonesia Damai part 3...

photo lainnya bisa dilihat di sini

06 Desember 2008

ampel







salah satu tujuan ziarah walisongo, dimana terdapat makam sunan ampel, pintu masuk lokasi makam berupa sebuah gang karena memang terletak di tengah pemukiman padat penduduk kota surabaya, sepanjang kiri kanan gang dipenuhi wisata belanja yang menjual segala pernak-pernik berbau tanah arab, mirip seperti beberapa sudut pasar tanah abang di jakarta, banyak komunitas keturunan arab disini tetapi dengan logat bahasa jawa yang kental karena mereka sudah ada sejak lama sekali.

suasana komplek pemakaman hampir tak pernah sepi oleh kunjungan para peziarah yang datang dari berbagai pelosok tanah air, bangunan masjid lama yang berupa kerangka kayu yang kokoh masih dipertahankan walau sudah direnovasi di beberapa bagian untuk perluasan menjadi bangunan baru, sebuah perpaduan arsitektur peninggalan sejarah yang mengagumkan dengan bangunan modern yang menyesuaikan daya tampung agar dapat dipergunakan oleh lebih banyak orang untuk beribadah.

02 Desember 2008

bye bye COPA...






sore itu first leg COPA INDONESIA masih beberapa jam lagi di mulai tetapi hujan mengguyur dengan derasnya sejak siang tadi, seperti biasa stadion kanjuruhan mulai dipadati aremania dua atau tiga jam sebelumnya yang rela berhujan-hujan ria bersama ribuan penonton di tribun ekonomi yang tidak beratap, tidak ada payung disana karena selain akan menghalangi penonton di belakangnya juga terasa janggal rasanya bermanis-manis ria dengan payung.
dan hujan pun berhenti tepat beberapa saat sebelum kick off pukul 15:30 dimulai, sepertinya hujan sore itu membawa sebuah pertanda buruk bagi tim singo edan, walau kemenangan yang diraih namun empat hari berikutnya ketika second leg di mainkan di stadion wilis, madiun, tragedi lima menit terakhir kembali merengut korbannya, kalau di stadion kanjuruhan lima menit terakhir diselamatkan, tidak demikian di madiun, lima menit terakhir sebuah gol tercipta sehingga menjadikan agregat gol 4-3 untuk persibo bojonegoro, artinya sang juara COPA INDONESIA dua kali berturut-turut harus tersingkir.
malam itu seusai pertandingan hanya awan pekat yang menutupi di atas kota malang, hujan pun telah pergi, ia telah menyampaikan pesannya dengan baik dan meninggalkan kesedihan dan perasaan yang terpukul bagi warga kota malang.
esoknya headline berita olahraga di beberapa media cetak kebanyakan memuat berita yang sama yaitu tentang persibo sang pembunuh raksasa.
ya kami harus melupakan piala COPA itu, mungkin bukan saatnya sekarang kami juara untuk yang ketiga kalinya tahun ini, kini tinggal satu piala lagi yakni piala presiden di indonesian super league yang masih tersisa, kalau tidak sekarang kapan lagi, kami menunggu untuk melihat kapten tim arema mengangkat piala itu...