Pages

28 April 2009

hanya pendapat dari saya


the picture from here

Mengungkapkan rasa cinta dan menjalaninya dengan kondisi serta suasana yang ada, itu adalah sebagian alur cerita yang berhasil saya tangkap ketika menyaksikan film ini, tentu ada beberapa bagian lain yang cukup memberikan “feel” yang sama seperti yang kebanyakan orang pernah rasakan ketika benih-benih cinta itu tumbuh subur menuai kasih sayang untuk diejawantahkan, sebuah potret atas situasi kekinian diantara banyak sudut yang bisa di abadikan lewat film.

Kalau latar belakang film ini diilhami atas perjalanan fanatik dua kubu kelompok supporter Jakmania “The Jak” Jakarta dan Viking Bandung, hal ini sepertinya untuk mewakili dua insan manusia versi Indonesia yang sedang dilanda prahara cinta layaknya kisah Romeo Juliet di dataran Eropa sana.

Mengusung cinta ke dalam fanatisme yang berbeda, akan abadi karena cinta itu sama walau ditempatkan pada sisi-sisi yang berbeda bahkan berlawanan sekalipun, mungkin hal ini salah satu yang mendorong timbulnya persepsi tentang cinta terlarang, lalu siapakah yang berhak melarangnya, hal-hal di luar cintalah yang memperkuat opini pelarangan itu, cinta ya cinta..

Menilik perseteruan kedua kelompok supporter yang terjadi, tentu saya berharap akan ada nanti masanya memulai pada tahap hubungan yang lebih baru, berhasil sama-sama mengangkat suasana kedamaian kedalam satu persepsi tujuan, dan saya kira film ini bukan untuk menambah konflik, konflik itu akan tetap ada selama kedua belah pihak masih ingin memeliharanya dan mereka sendiri yang menentukan mau sampai kapan kondisi seperti itu terus dipertahankan, bukankah sisi kedamaian dari seorang manusia itu juga ada.

Kekerasan itu bukan untuk ditiru, hanya merupakan salah satu dari sekian banyak cara saja, tetapi apakah cara itu dapat menyelesaikan masalah atau tidak silahkan di evaluasi kembali sesuai esensinya, itu hanya pilihan saja, tidak ada siapa dan kepada siapa untuk mengajarkan menggunakan kekerasan di film ini, adalah tanggung jawab masing-masing jika sehabis menonton film ini untuk menjaga sikap serta tidak meniru-niru sesuatu yang tidak layak untuk di tiru, jadi jangan berpintar-pintar untuk menyalahkan karena menuding itu sangat mudah, marilah berpikir dengan lebih jernih agar tidak mudah untuk hanya sekedar memperkeruh suasana.

Saya amat menyesalkan atas perlakuan segelintir oknum yang mengatasnamakan fanatisme untuk melakukan pelarangan pemutaran film ini di Bandung, alangkah piciknya mereka itu melarang sebuah karya yang mereka anggap dan interpretasikan hanya dari sudut pandang yang sempit, sesempit aroma kedaerahan yang mereka kukuhkan seperti hanya milik mereka sendiri, padahal Bandung itu kan bukan punya mereka saja.

Lalu saya kembali tersenyum jika mengingat sebuah nama ketika ingatanku terlempar jauh pada kemarin dulu, saat kita sama-sama masih berkutat mempelajari ilmu-ilmu social yang mengajarkan bagaimana cara mensosialisasikan dan jurus-jurus mengungkapkan segala yang ada di benak, dan film ini sepertinya mewakili atas segala gagasan dan tujuan yang ingin disampaikan itu, sebuah potret nyata yang ingin di sosialisasikan oleh seorang m yusuf as, sebuah nama yang telah berevolusi menjadi andibachtiar yusuf sang sutradara...

22 April 2009

sepasang japit


kaki ini membenam di karetnya yang elastis
menekan empuk menginjak lembut
punggung kaki pun leluasa di terpa angin
karena pola minimalis yang terbuka itu

mengiringi langkah sang pemilik kaki kemana pergi
memberi sebuah kenyamanan sebagai alas kaki
etalase bagi jari jemari kaki yang memiliki mungil
termasuk bagi si jempol yang seksi

menjejak di segala cuaca
menerjang air menyapu debu
disukai di tempat basah
karena air tak kuasa untuk memakannya

terkadang begitu amat sangat disayangi
hingga di kemas dan tersimpan rapih pada sebuah tas
dipasangi gembok dengan angka-angka rahasia
itu karena si pemilik tak mau kehilangan

disukai dalam mengiringi langkah menuju masjid ataupun surau
di parkir dan menunggu di luar
berjajar ramai bersama teman-teman seperjuangan
adakalanya disemayamkan di rak-rak penitipan

hanya sepasang japit
si sederhana yang setia...

14 April 2009

another side...

melihat dari sudut pandang yang berbeda, selalu saja ada sisi terbaik yang bisa dipilih, dipandang sebagai sesuatu yang memberi hidup dan memberi nafas bagi hirup yang berhenti, akan ada masanya nanti berjumpa pada suatu titik kejenuhan.

lalu lihatlah kembali secara lebih mendalam dan lebih utuh setiap detail sisinya, ada beberapa bagian yang terlewatkan atau tersamarkan sehingga tak terlihat, saatnya menggunakan mata hati bila ingin menyentuhnya dengan rasa, bila kasat mata sudah tak lagi mampu menembusnya.

terkadang sisi yang satu lagi itu bisa menjadi jawaban yang selama ini dicari, tak tersadarkan karena belenggu amarah dan hawa nafsu membutakan, sampai akhirnya kita hanya terjebak pada satu sisi saja.

lihatlah dari sisi yang berbeda jika kamu belum lelah untuk mencari jawaban apa yang dikatakan oleh hati, selalu ada jendela yang terbuka untuk melihat kecerahan di luar sana, selalu ada hal-hal yang baik dari sisi terburuk yang pernah kita rasakan, selalu ada sisi lain yang memberikan kebaikan yang belum di jemput dan di upayakan...

10 April 2009

bulan tinggal separo

Beberapa malam lalu kulihat bulan hanya setengahnya, seperti terpotong terbelah dua, yang satunya berpendar dan yang satunya lagi hilang entah kemana...

digigit kelelawar kalee...

jika benar, alangkah jauhnya binatang menggantung itu mencari makan, mungkin serangga-serangga di pucuk dedaunan sudah tidak gurih dan crispy lagi, atau buah-buahan yang ranum itu berhenti menyembul diantara ranting pepohonan di kebun pak tani, sepertinya ia tak tahu kalau ini bukan musimnya, tentu saja karena memang tak ada almanak terpampang di dinding-dinding Goa, yang ia tahu hanya siang dan malam

kalau siang waktunya bermimpi, mungkin berasal dari filosofis tersebut (duhh..maafkan aku ya yang sok filosofis, padahal blum pernah ketemu ama nyang namanya pilosopis entu, hehe.., kalau makan sosis dan lopis mah pernah :) ) sehingga muncul kata-kata mutiara “bermimpi di siang bolong” dan jangan tanyakan pula letak bolongnya itu di sebelah mana kepadaku karena aku juga sedang mencarinya melalui kue donat yang kuarahkan ke langit di siang hari

dan kalau malam waktunya terbang, melayang dan menyatu di gelap nan pekat, terkadang menggantung di jemuran manusia untuk memperhatikan apa saja yang juga tergantung disana karena ada yang nyaris serupa tapi tak sama, terkadang pula keberadaannya tidak terdeteksi karena tubuhnya berwarna hitam seperti gelap malam, hanya jika ia tersenyum kecut saja baru terlihat ada warna kuning yang terpampang seperti gigi, tak heran jika ia tak terlihat ketika kamu..kamu..kamu..dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa...

05 April 2009

tuduhlah aku sesukamu...

Pernakah anda dituduh sesuatu tetapi kita tidak merasa pernah melakukannya, dan memang benar tidak melakukan bahkan tidak pernah terpikirkan sama sekali tentang apa yang dituduhkan itu, jangankan melakukannya terlintas di ruang niat pun tidak terbesit sama sekali.

Reaksi pertama kalinya ketika mengetahui hal itu tentu saja bertanya-tanya dengan hebatnya gerangan apakah yang telah aku lakukan selama ini, lalu kulakukan evaluasi menyeluruh terhadap apa saja yang pernah kulakukan dan hasilnya semua telah tersampaikan sesuai dengan hal-hal yang tertuju sesuai maksud dan tidak keluar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tetapi ternyata interpretasi setiap individu manusia itu tidaklah selalu sama dengan manusia lainnya, ada makna lain yang tertangkap, ada rasa lain yang tercipta dengan maksud yang kita inginkan.

Aku menyadari sepenuhnya hal itu, itulah mengapa manusia diciptakan dengan berbagai kelebihannya dari makhlug Tuhan lainnya juga sangat jelas berbeda dengan benda-benda mati.

Ada sesuatu yang tidak biasa menerpa perasaan ini, ada sesuatu yang coba untuk dihilangkan dari yang pernah ada, cukup membuat tak menyangka juga diriku terhadap apa yang telah kamu lakukan terhadapku, sepertinya kamu menganggap diriku seolah-olah tidak ada dan tidak perlu untuk berbicara kepadaku.

Aku tidak akan pernah tahu jika hal itu ternyata dirasakan olehmu sebagai sesuatu yang lain sampai kamu menyampaikannya sendiri kepadaku.

Dan memang kenyataannya kamu tidak mengatakannya langsung kepadaku melainkan langsung melakukan tindakan yang berkaitan denganku dengan sesuka hatimu.

Kenapa sih...
Kenapa tidak bicara saja langsung kepadaku...