Di hitungan waktu yang sudah mencapai satu abad, kebangkitan nasional rupanya belum cukup mampu untuk mendongkrak rasa nasionalisme keindonesiaan para rakyatnya. Dimanakah karakter
BBM naik, dua kata itu lagi-lagi menjadi efek domino yang dengan cepat menyebar ke segala aspek kehidupan berbangsa dan berekonomi di atap langit
ya 1500 yang menghebohkan itu kini benar-benar terjadi, bak di negeri antah berantah banyak aturan yang dibuat oleh masing-masing orang, ada yang menaikkan ongkos transportasi, harga-harga sembako dan hal-hal lain yang menunggu untuk merangkak naik, paket 1500 itu ternyata beserta bonus yang diberi nama BLT, Bantuan Langsung Tewas dan Langsung abiss, padahal sudah disunat oleh oknum-oknum birokrasi serta pak RT yang kini semakin mahir untuk beralih profesi menjadi juru supit. Lantas apanya yang bangkit, kecemasan kah, atau kemarahan yang tak terkendali sehingga tindakan-tindakan anarkis semakin halal untuk dilakukan, seperti yang terlihat pada layar televisi kita akhir-akhir ini, begitu banyak pemandangan satir yang menyedihkan, haruskah tontonan seperti itu yang menjadi tuntunan untuk bangkit dari keterpurukkan…
diantara pemandangan yang memiriskan hati pada layar kaca kita itu ada sebuah iklan yang saya kira bisa menjadi sebuah pembelajaran bersama dalam memaknai kebangkitan nasional. Iklan tersebut berisi untaian kata yang diucapkan oleh seorang Deddy Mizwar seperti yang terkutip berikut ini :
Bangkit…
Bangkit itu susah, susah melihat orang lain susah
Bangkit itu senang, senang melihat orang lain senang
Bangkit itu takut
Takut korupsi
Takut makan yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu marah
Marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu malu
Malu jadi benalu
Malu karena minta melulu
Tidak ada kata menyerah
Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku
Aku untuk Indonesiaku…