Pages

11 September 2008

Amazing School


Photo oleh Paul I Zacharia

Nun jauh di pedalaman sana, dimana terdapat anak-anak yang menjadi warganya, ya mereka adalah anak-anak pedalaman yang sejak kecil mengenyam pendidikan pada “Sekolah Luar Biasa”, tetapi janganlah dibayangkan sekolah itu seperti yang sering kita dengar jika kata luar biasa di pahami sebagai suatu sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang kurang beruntung karena tidak bisa melihat, mendengar atau pun berbicara dan mengalami gangguan dalam interaksi berpikir, ini bukan sekolah seperti itu melainkan bahwa sekolah ini dihuni oleh anak-anak pedalaman sebagai muridnya, sekolah tanpa bangunan permanen dan tanpa iuran ini dan itu, sekolah yang tidak membeda-bedakan para muridnya, begitu kaki-kaki mereka telah berpijak di bumi seketika itu pula mereka sudah menjadi bagian dari sekolah itu, Ibu mereka adalah guru pertamanya dan sang Ayah menjadi kepala sekolahnya.

Air sungai, padang savana dan hutan adalah kelas-kelas bagi mereka, tidak ada sejumlah kata-kata yang harus di hapal atau deretan angka-angka yang harus dihitung, menangkap ular dan memancing ikan menjadi pelajaran pengetahuan makhlug hidup terbaik yang pernah mereka dapatkan, sementara hujan menjadi pelajaran berikutnya yang begitu mereka tunggu-tunggu.

Itulah Alam Semesta, sekolah yang merangkul mereka, sekolah yang memberikan warna cerah dengan sinar-sinar mentarinya, suara gemericik air yang melembutkan hati, simfoni nyanyian burung yang selalu menemani dan sekolah yang telah mengajarkan kepada mereka dengan sangat alami bagaimana cara bertahan dan melangsungkan hidup.

8 komentar:

Anonim mengatakan...

aku juga bersekolah di alam semesta bung hari...

perkenankanlah, namaku rumput..
rumput yang bergoyang

hehehe
:p

uNieQ mengatakan...

bukankah di Sekolah Luar Biasa itulah qt bisa belajar banyak.. belajar pada semua yang ada di alam semesta ini... ohhh andai semua itu tidak tercemari oleh polusiiiiiii.....

c kangen melihat aliran sungai yang jernihhh, kangen melihat gugusan sawah dan gunung yang indah... sayang disini sudah tak ada lagi, berganti dengan gedung2 tinggi pencakar langit..

ntah kemana lagi kucari sekolahku...

Enno mengatakan...

aku jadi inget pengalamanku ngajar anak-anak di perkampungan pemulung... ^^

ada rencana ke papua akhir tahun ini... duh gak sabar!

Anonim mengatakan...

betapa menyenangkan apabila kita dapat selalu belajar dari alam, dan mau merunduk bahkan saat kita matang sekalipun dan tidak berhenti untuk belajar :)

hari Lazuardi mengatakan...

@ winda :
Selamat bergoyang, semoga goyangnya tidak yang aneh-aneh…

@ uNieQ :
Sekolahnya sih tetep disitu teyus, tidak pindah-pindah, cc aja yang sudah lama nih ngak masuk sekolah…dicariin ama pohon pisang tuh…hihihi

@ enno :
Bagaimana kalau nanti mengajar anak-anak kembali di pedalaman papua sana…

@ nandien :
Seperti padi, jika matang maka ia akan merunduk…

ikeow mengatakan...

alam memang guru yang paling bijak :)

dee mengatakan...

trus gmn dengan sekolah formalnya? apakah sekolah alam saja cukup untuk kehidupan dan kemajuan?

hari Lazuardi mengatakan...

@ ikeow :
Guru yang paling bijak, paling menyenangkan dan paling dirindukan…

@ dee :
of course sekolah formal juga diperlukan, itulah gunanya makna saling mengisi dan keseimbangan pengembangan pola pengajaran pendidikan yang di dapat oleh seseorang mulai dari kecil hingga dewasa…
btw di pedalaman dan desa terpencil sekolah formal sangat jarang ditemukan, tantangan berat atas potret buram dunia pendidikan yang masih memprihatinkan hingga saat ini