28 Oktober 2008
singosari town
Dalam setiap perjalanan dari Malang ke Surabaya atau sebaliknya, Singosari adalah salah satu kota yang dilewati, akhirnya aku berkesempatan menyambangi kota itu setelah sekian lama hanya kulewati saja, sasaran tempat yang kutuju tentu saja candi singosari, candi sumber awan dan arca Dwarapala. Terkagumlah diriku melihat ukuran arca Dwarapala yang besar itu juga letak posisinya yang berdampingan di sisi kanan dan kiri jalan raya seperti para penjaga pintu masuk raksasa saja, sedangkan untuk mencapai lokasi candi sumber awan terlebih dahulu harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 400 m yang melewati persawahan, jalan setapak di sisi kali dengan air yang sangat jernih dan juga pohon-pohon pinus yang mengelilingi.
18 Oktober 2008
kelas ekonomi
Tanda berangkat berbunyi ditarik loko berasap menjumpai stasiun persingahan berikutnya, selasar peron di penuhi calon penumpang, berharap cemas karena karcis di tangan tanpa nomor tempat duduk, itu artinya siapa pertama tiba di kursi maka dialah sang empunya kursi. Tak heran kereta yang baru saja tiba diserbu dari berbagai arah dan jendela, berlomba dalam desak dan himpit. Saat kursi telah terisi penuh, berjejal pula orang-orang yang rela berdiri dan hanya bersandar saja di bagian-bagian kereta maupun di antara sambungan gerbongnya, tak ada ruang sedikitpun yang tidak dijejali penumpang beserta barang-barang bawaannya walau di toilet sekalipun... bisa dipastikan isi gerbong telah melewati batas maksimum.
Tahun ini ada pemandangan baru nampaknya, beberapa rangkaian gerbong lama kini telah direnovasi menjadi lebih manusiawi, namun hanya kereta dari beberapa tujuan tertentu saja belum semuanya, terlihat lebih cantik cat dan kursi-kursi yang baru itu, tetapi apakah kebijakan yang diterapkan dan budaya perilaku para penumpangnya juga semakin cantik??? sepertinya desak dan himpit masih akan mewarnai walau gerbong sudah berganti baju, lagu lama yang terus saja berulang tertahun-tahun lamanya, pemandangan yang sama yang selalu menyambangi kelas ekonomi...
kliping yang berdebu
kutemukan guntingan koran ini diantara tumpukkan kliping koran milikku sewaktu tengah asyik membersihkannya dari debu-debu yang sudah mulai menebal, ternyata salah satu karya dari Sapardi Djoko Damono yang dimuat pada koran REPUBLIKA hari sabtu tanggal 2 mei 1998 Hal 13 :
Adam dan Hawa
biru langit
menjadi sangat dalam
awal menjelma burung
berkas-berkas cahaya
sibuk jalin-menjalin
tanpa pola
angin tersesat
di antara sulur pohonan
di hutan
ketika Adam
tiba-tiba saja
melepaskan diri
dari pelukan perempuan itu
dan susah payah
berdiri, berkata
"kau ternyata bukan perawan lagi
lalu siapa gerangan
yang telah
lebih dahulu
menidurimu?"
Pertanyaan Kerikil yang Goblok
"Kenapa aku berada di sini?"
tanya kerikil yang goblok itu. Ia baru saja
dilontarkan dari ketapel seorang anak lelaki,
merontokkan beberapa lembar daun mangga,
menyerempet ujung ekor balam yang terperanjat,
dan sejenak membuat lengkungan yang indah
di udara, lalu jatuh di jalan raya
tepat ketika ada truk lewat di sana.
Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban
dan malah bertanya kenapa;
ada saatnya nanti, entah kapan dan di mana,
ia dicungkil oleh si kenek sambil berkata,
"Menggangu saja!"
Ruang Tunggu
ada yang terasa sakit
di pusat perutnya
ia pun pergi ke dokter
belum ada seorang pun di ruang tunggu
beberapa bangku panjang yang kosong
tak juga mengundangnya duduk
ia pun mondar-mandir saja
menunggu dokter memanggilnya
namun mendadak seperti didengarnya
suara yang sangat lirih
dari kamar periksa
ada yang sedang menyanyikan
beberapa ayat kitab suci
yang sudah sangat dikenalnya
tapi ia seperti takut mengikutinya
seperti sudah lupa yang mana
mungkin karena ia masih ingin
sembuh dari sakitnya
09 Oktober 2008
Padamu Rindu
melapisi sepi, menyelimuti seluruh ingin
hanya kata-kata yang mendekapku
aku menjerit dari rindu yang menancap sekian lama
hanya bisa mencipta di samudra mimpi
di tepian awan selalu kutunggu keranjang cerita itu
agar aku bisa membacanya dengan sentuhan rasa
karena kamu menuliskannya lewat mata hati
pada ruang perasaan, kenyataan dan keindahan
rinduku padamu serupa waktu yang berputar terus
seperti yang tidak bisa berhenti...dan dihentikan
bergelora di bayangan yang melayang di tiup angin
di balik tembok tebal setebal perut bumi
membakar kokoh sunyi yang di dewakan ambigu
mengurai rindu menanti sisa mimpi...
07 Oktober 2008
belum berwujud
perjalanan cinta ini memang penuh lika liku
bahkan terkadang sangat licin, juga bisa teramat terjal
penuh perangkap dan jebakan di sana-sini
yang tak hanya menghipnotis tetapi juga menyita habis seluruh persediaan perasaan
tak akan pernah selesai karena memang tak pernah dimulai
tak akan pernah sampai karena memang langkah ini tidak diarahkan kesana
kalau pun ada hati yang berbunga-bunga, keceriaan dan tawa itu adalah benar adanya karena datang dari rasa, tempat paling jujur...
dan wujud yang semu itu pun terlalu prematur untuk dipanggil kembali...
bahkan terkadang sangat licin, juga bisa teramat terjal
penuh perangkap dan jebakan di sana-sini
yang tak hanya menghipnotis tetapi juga menyita habis seluruh persediaan perasaan
tak akan pernah selesai karena memang tak pernah dimulai
tak akan pernah sampai karena memang langkah ini tidak diarahkan kesana
kalau pun ada hati yang berbunga-bunga, keceriaan dan tawa itu adalah benar adanya karena datang dari rasa, tempat paling jujur...
dan wujud yang semu itu pun terlalu prematur untuk dipanggil kembali...
Langganan:
Postingan (Atom)