Pages

22 Juni 2008

jakarte ulang taon


foto oleh Tara Sasrowardoyo


Hari ini 22 Juni 2008 kota Jakarta berusia 481 Tahun, eh busyet tuwir amat padahal si amat nggak tua-tua banget…kalau dikasih lilin dijamin bikin bibir jadi jebleh sehabis meniupnya. Sebagai ibunya kota yang katanya berlabel metropolitan Jakarta bisa dilihat dari berbagai sisi tergantung dari sisi yang mana yang akan anda lihat. Banyak hal bisa terjadi di ibukota, namun sorotan sayah kali ini lebih tertuju pada segudang masalah klasik yang terus membelit ketimbang prestasi atau kemajuannya, dari sekian banyak masalah itu diantaranya yaitu:

1.jurang kesenjangan sosial, strata ekonomi masyarakatnya kini semakin menganga lebar

2.ruas jalan yang tidak bertambah, sedangkan jumlah kendaraan bermotor mengalami kenaikan 10 % per tahun dari sekitar 5,7 juta saat ini, diperkirakan tahun 2014 Jakarta akan macet total tal tal tal

3.mbanjiir yang selalu setia menghampiri tiap tahunnya, bahkan sampai saat ini tercatat sudah 11 Gubernur yang pernah bersemayam di balaikota sana belum juga tuntas menyelesaikannya

4.kemacetan yang kini sudah menjadi ikon ibukota, bukan Jakarta kalau tidak macetsz

5.tingginya tingkat kriminalitas, yang tiap saat bisa mengancam dengan aksi-aksi seperti hipnotis, rampok di siang bolong, penculikan anak dan aksi tipu-tipu yang lain

6.pertumbuhan hutan-hutan beton yang semakin subur, bahkan tahun ini saja kabarnya sudah ada belasan mall dan pusat perbelanjaan yang siap dibuka dan diresmikan

seperti kampung besar saja yang pada siang hari bisa mencapai 10 juta jiwa dan pada malam hari susut menjadi 8 juta jiwa, masalah tersebut diatas hanyalah sebagian saja dari sekian banyak masalah yang terus menumpuk dan membebani kota Jakarta ini yang kini semakin berat menanggung begitu banyak beban dan semua itu menjadi pekerjaan rumah yang harus segera kita kerjakan bersama-sama. Ada yang dulu berslogan lantang dengan menyeru serahkan saja pada ahlinya dan kini mana ahlinya? Di hari jadinya masih saja sejumlah perayaan yang menghabiskan biaya yang tidak sedikit diusung dan dipertontonkan sebagai sebuah pesta kemeriahan belaka di tengah-tengah sulitnya perekonomian masyarakat kasta bawah, lagi-lagi ondel-ondel dan kerak telor dijadikan sebagai budaya betawi yang hanya menjadi pelengkap sebuah hajatan besar bernama peringatan hari ulang tahun ibukota yang kesekian kalinya dilakukan dengan tema bernuansa hiburan dan senang-senang. Lantas apa yang bisa diberikan dan diwariskan untuk generasi berikutnya yang akan menjadi penghuni ibukota di masa mendatang, seperti ilustrasi foto diatas suatu saat mungkin si anak tersebut akan bertanya akan seperti apakah Jakarta di masa akan datang, akankah wacana pemindahan ibukota terwujud atau kekhawatiran tenggelamnya Jakarta karena penurunan tanah yang terus menerus bertambah, semua itu berpulang pada kemauan dan niat tulus untuk membuka mata dan pikiran secara lebih manusiawi dan turut andil sekecil apapun yang bisa kita lakukan, tentu saja tidak cukup dengan hanya semangat saja tapi juga diiringi dengan perbuatan nyata mulai saat ini juga.

10 komentar:

NengDJ mengatakan...

makin susah nyari lapangan bola, maas!! kasihan anak2 yak..konsumtip sekarang

Anonim mengatakan...

hmm, sedih deh sama kondisi skrang

Enno mengatakan...

boleh nanya.... entu poto anaknye siape bang? hehehe

dee mengatakan...

met ulang taun jakarta..
sayangnya, semakin tua sepertinya ga makin dewasa, tapi malah makin raput..
biarpun kata org, ibu kota lebih kejam dr ibu tiri, tapi jangan smp kondisi skrg makin ga menentu.. Tolong pak gubernur...benahi kotanya..

uNieQ mengatakan...

banjir emang ga pernah bisa lepas ya dari jakarta???

hari Lazuardi mengatakan...

@ nengdj : betul pisan euy si eneng, selain konsumtip ruang bermain pun makin berkurang dan agak suseh dicari, udeh brubah jadi mol

@ ketela : iya nih lagu kisah sedih di hari minggu diganti aja jadi kisah sedih di hari ultah…

@ enno : nyang entu anak orang kampung pedalaman mpok, rumehnye jaoh di utan sonoh, lagi ngebayangin pengen ke kota, pengen liat ondel-ondel :)

@ dee : katenye semakin tua semakin bersantan, tuh dengerin bang kumis eh..bang foke ape kate dee

@ uNieQ : asal jangan lepas tanggung jawab aja tuh para pejabat yang kepilih, saatnya menagih janji-janji manies kampanye

Anonim mengatakan...

kapan ya ibukota pindah?

Ayu Ambarsari Hanafiah mengatakan...

intinya.. masih banyak yang harus dibenahi ya, mas? :)

kirta doain aja.. optimis! harus! :)

dee mengatakan...

@ cerita senja:
ada ide ibu kota mo pindah ke mana? kalo bs, daerah yang cuacanya tidak terlalu panas, ga terlalu macet, alat transportasinya umumnya memadai en layak, antibanjir.. de el el..
maaf ya banyak permintaan.. wekekekeke..

hari Lazuardi mengatakan...

@ winda :
Asal jangan sampai nunggu tengelam baru pindah…

@ ayu :
“ayo benahi Jakarta” teringat tulisan di spanduk-spanduk pada waktu pilgub yang lalu, semoga tidak sekedar menjadi kenangan saja…Amin

@dee :
ga panas, ga macet, ga banjir, itu aku sedang berenang di sungai, sueger tenan...:)