Pages

31 Juli 2008

fisikku disini hatiku disana

photo from here


Sore itu laga Home perdana siap digelar di bumi arema malang city, seperti biasa sejak sebelum tengah hari kuyakini stadion kanjuruhan pasti sudah mulai bergeliat. Ada warna berbeda saat itu, sebagai buntut dari sangsi bodoh berupa pelarangan atribut dan penelanjangan kreativitas oleh komisi yang katanya disiplin itu tidak seperti biasanya kami yang selalu membirukan isi stadion, hari itu bersepakat mengenakan kaus hitam sebagai simbol duka cita atas matinya hati nurani PSSI dan sebagai pengganti syal adalah bendera merah putih yang menandakan bahwa kami juga mendukung sepakbola nasional.

Aku seharusnya berada disana, menggelorakan semangat, memberi dukungan dan menyuarakan nyawa pemain ke-12 bagi singo edan yang sedang berjuang, tapi untuk kali ini fisik ini hanya bisa terdampar saja di tengah terik menyengatnya ibukota, terjebak dalam kepadatannya. Buatku tayangan langsung dari layar kaca itu hanyalah gambaran visual saja, hatiku berusaha hadir dalam riuh rendahnya suasana yang sesunguhnya.

Sampai akhirnya pluit panjang ditiupkan tanda berakhirnya pertandingan, hasil akhir pun tercatat miris, kami tercabik 2 gol lawan tanpa balas dan itu terjadi di kandang sendiri, satu lagi lagu kekecewaan terlantun, seakan tak percaya saja, bisa kubayangkan banyak wajah disana menatap nanar, tertunduk lesu, terpaku kosong, kekalahan yang begitu memukul…

Kaus hitam yang menghitamkan stadion kanjuruhan sore itu benar-benar menjelma sebagai awan hitam yang menggelapkan kemenangan yang kami inginkan, tetapi itulah permainan, ada kalah ada menang dan sportivitas harus berada di tempat yang paling tinggi.

Itu baru untuk si kulit bundar saja, bagaimana persembahan hati untuk yang lain, hanya aku sendiri yang tahu, sementara ini biarlah kugenggam sendiri…

7 komentar:

dee mengatakan...

jauh di mata, dekat di hati ya mas..
sepak bola dan hati emang berkaitan ya.. apalagi utk yg hobi main dan nntn..

namaku wendy mengatakan...

eleuh.. eleuh.. sampe segitunya yah hehehe kalo ndak isa sekarang berarti bsok mas:D

Anonim mengatakan...

Saya masih suka teringat dengan gemuruh superter Singo Edan, terutama tahun2 90 an waktu Aji santoso masih main dan aku sering ngikutin mereka sampe surabaya dan sekitarnya...

Dan sekarangpun saya masih suka bangga karena pernah menjadi bagian dari suporter yang luar biasa kreatif dan pantang mundur ini !!

Sekarang saya memang jauh dan lebih banyak disibukkan oleh tuntutan bayar tagihan ini itu .... he he

Anonim mengatakan...

waduh waduh...saya punya kenangan buruk dengan suporter singo edan, rusuh bung!takuuutttt

Mama Beruang mengatakan...

i dont like soccer..
pusing iiiiih.. berebutan bola.. mending maen layangan..
wakakakakkk

uNieQ mengatakan...

niyh mas, daripada nangis, cc kasih tiketnya hehehehhe

*maaf mas, cuma becanda* hehehe

hari Lazuardi mengatakan...

@ dee :
Kalau untuk urusan hati banyak yang bisa terkait, bukan hanya sepakbola aja tapi sepak terjang dan sepak sepak yang lain, apalagi kalau hati ini sedang disepak-sepak… :)

@ wendy :
Oyi wen, hari ini kita kalah tapi besok harus menang, nanti akan terlihat amuk geliat singa yang terluka…

@ balidreamhome :
Gemuruh itu akan selalu tetap bergema di seluruh jagat raya, follow with pride…
Salam satu jiwa…

@ winda :
Ada yang perlu ditakuti dan tidak, tidak semuanya menakutkan koq, hanya memang tensinya mempunyai suhu potensi yang cenderung meninggi dan bertemperatur hot tapi dibalik dan di sela-sela celah itu terdapat keteduhan dan kerindangan yang menyejukkan *terinspirasi ketika sedang berteduh di bawah pohon yang rindang* he.he

@ dede :
Maen layangan sambil maen bola dan makan paya, nah kan tambah pucing :D

@ uNieQ :
simpen aja, ntar buat lebaran :)