Sunday morning, tugu runcing dengan lapisan emas di pucuknya itu masih menjadi tujuan wisata bagi para plesiran lokal khususnya warga ibukota dan juga daerah-daerah lain di pelosok negeri ini.
Masih saja menjadi magnet untuk menyambangi puncaknya, ini terlihat dari antrean panjang beberapa ratus meter yang terjadi pagi itu, mereka satu tujuan, naik ke puncak monas !!!.
Ada pemandangan berbeda semenjak kawasan taman monas ini dipagari secara berkeliling, kereta kuda atau biasa juga disebut andong, dilarang memasuki areal sekitar tugu, mereka ditempatkan di luar pagar, tepatnya di tempat parkir dan sebagai gantinya disediakanlah kereta yang lain yaitu kereta besi.
Tergusur, itulah nasib kereta kuda kini, peminat mereka tak seramai dulu lagi, bahkan nyaris punah, karena wilayah operasi mereka kini hanya berupa pelataran parkir bersanding dengan mobil, motor dan juga bus-bus wisata yang sungguh bukan suatu pemandangan yang indah, sementara peminat kereta besi semakin membludak saja seperti terlihat dari sekat-sekat antrian yang disediakan yang tak pernah sepi peminat dan tentunya disediakan secara gratis tis tis tis dan yang paling menarik yaitu jalur perjalanan kereta ini yang berjalan pelan mengelilinggi kawasan tugu secara lebih dekat mengantikan jalur yang dulu dilewati kereta kuda.
Itulah kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, terlepas dari alasan-alasan mengenai kotoran kuda yang katanya telah mengurangi kebersihan dan keindahan atau polemik warga betawi dengan usahanya mempertahankan budaya mereka termasuk kesempatan mencari penghidupan di tanahnya sendiri kerap kali terjadi persinggungan dalam penerapan peraturan tata kota dengan segudang masalahnya. Satu hal yang mengganggu kerisauanku yaitu tentang eksploitasi binatang, aku lebih senang melihat kuda-kuda itu berlarian bebas di habitatnya, hutan yang sesungguhnya bukan di hutan beton ini, ataukah kereta besi itu disingkirkan jauh-jauh, untuk memberikan ruang terbuka yang bebas asap kendaraan seperti layaknya sebuah taman, walau untuk ukuran taman, memang monas memiliki luas dengan ukuran hektar, tetapi masih bisa juga dinikmati dengan berjalan kaki atau bersepeda yang lebih manusiawi ketimbang berkeliling dengan kereta besi yang mengeluarkan asap itu.
14 komentar:
yaaah tega bener yak.. alesannya gak mutu, ya iya lah namanya juga kuda mana bs dsuru buang kotoran pd tempatnya huuu katanya hendak melestarikan budaya tp mana buktinya tu, omong doang, basiii
di bali ada namanya dokar
sekarang adanya cuma di sekitaran kreneng. jumlahnya bisa dihitung dengan jari. ya ga bisa banyak ngomong, karena manusia memang perlu teknologi yang lebih cepat.
cc sedih.,.bentar lagi cc akan punahhhhhhhhhhhh uohhhhh padahal khan cc kuda yang paling manis, paling nurut klo disuruh dorong kereta keliling2 kota...huhuhuhu
hunting foto ya? foto kuda yg lagi nyengir gak ada? :D
hmmm, paling tidak masih ada orang yang mau mengingatnya...dan menumpanginya meskipun sekarang fungsinya berubah, jadi alat u/ rekreasi hehe
hhm, padahal lebih enak naik kereta kuda yaaa.......
naik kuda emang enak..lebih enak lagi kalo naik *****...
ehm..gak jadi ngomong ah..kok malah rusuh..
Piss ahhhhhh!!
@ wendy :
Perlu disediakan toilet khusus kuda kalee ya…
@ komang :
Teknologi yang cepat dan ramah lingkungan, ajiiib...
@ uNieQ :
Kuat juga ya si kuda poni ini keliling kota…
@ enno :
Hunting kuda yang yengirnya mirip kamu :D
@ winda :
rekreasinya naik kudanya langsung lebih ajlut-ajlutan tanpa perlu keretanya lagi :)
@ elsa :
lebih enak lagi naik sepeda mbak, kring kring kring goes goes :)
@ ngatini :
naik apa thien??? naik pohon jambu tetangga... hehehe
artikelnya menarik ^^!
semoga Indonesia tetap jaya...
mampir ya!
jadi ingat ketika aku masih di tanah aer dulu. didusunku hanya ada transportasi andong atau dokar yang bisa mengantar penumpang kedesa tetangga.
@ koekoeh :
terima kasih, jayalah merah putih...
@ gadis rantau :
sampai sekarang masih menjadi transportasi antar desa, antar kampung...
kuda masih banyak di daerah wisata kan? kalo di kota mungkin udah ngga zamannya kali ya?
kangen naik delman..?
setiap sabtu atw minggu ke bintaro aja.. ga usah jauh2 ke jogja.. :D
@ bayu aditya :
iyah di kota memang bukan habitat yang layak...
@ dee :
iyah nanti kalau kangen ke bintaro...
kangen naik delman maksudnya.. :)
Posting Komentar